Cerita Gay – siswa yang kudamba
- Home
- Cerita Sex Gay
- Cerita Gay – siswa yang kudamba
CERITA SEX GAY,,,,,,,,,,
Aku mengajar di salah satu sekolah
swasta terkenal di Jakarta. Sejarah
adalah bidangku. Walau banyak yang
mengatakan ini adalah pelajaran yang
membosankan, menurutku justru
adalah tugas gurulah yang seharusnya
www.ceritagay.uiwap.com membuat suatu mata pelajaran itu
terlihat atau terdengar menarik. Saking
menariknya, banyak anak muridku
yang tidak ingin cepat – cepat
menghabiskan waktu di mata
pelajaran ini (termasuk gurunya dong).
Mungkin karena didukung dengan latar
belakangku yang sudah banyak
berpergian dari 1 tempat ke tempat
lain. Walau banyak muridku yang
sudah pergi keluar negeri, namun yang
sedikit saja yang menaruh perhatian
pada hal – hal seperti ini. Tidak seperti
yang lain, Michael sangat menyukai
akan sejarah (dan saya juga
menyukainya. Oppss.). Terkadang di
dalam kelas, saat murid – murid
sedang mengerjakan tugas kelompok,
mataku hanya tertuju padanya.
Michael termasuk anak yang standard
sebenarnya, namun ada hal yang
membuatku menaruh perhatian besar.
Secara fisik, bisa dibilang badannya
cukup tinggi (175cm) dengan berat
sekitar 65kg dan dada dan perut yang
‘jadi’. Chinese, bermata sedikit besar
dan kulit sedikit kecoklatan (mungkin
karena keseringan berenang kali).
Sedang aku sendiri adalah keturunan
dari Manado. Usia kami hanya terpaut
7 tahun. Suatu hari, di saat jam
kosong, ia berada di dalam kelas
sedang tiduran. Dalam pikirku, “Andai
bisa kucium bibirnya yang merahitu.”
Akhirnya aku masuk ke dalam kelas
dan ia bangun. “Enggak keluar bareng
yang lain?” Tanyaku. “Enggak ah, Lagi
males, pak. Enakan di kelas.” “Bosen
ya? Atau mau dibacain cerita sejarah
lagi?” Tanyaku mengambil salah satu
titik kelemahannya. (Jahat enggak sih?)
Kita lalu membahas tentang sejarah –
sejarah eropa yang sederhana yaitu
Revolusi Perancis. “Rasanya enak ya
hidup seperti itu, tiap hari berpesta ria,
bergelimpangan dengan makanan,
minuman, cewek..” Jelas Michael. “Loh,
kasihan dong yang cewek. Masa
enggak ada cowoknya?” Candaku. “Iya
juga ya. Enggak cowok, enggak cewek
pasti foya – foya tuh di istana.”
“Pastinya. Disitulah kenapa ada issue
juga mengenai hubungan sesama jenis
di kalangan istana.” Pancingku. “Masa
iya sih? Tapi mungkin juga sih, pak.
Namanya juga pesta kan? Kadang
mabuk pun mereka juga tidak
menyadari apa yang mereka
kerjakan.” Jawabnya. Aku cukup
terkejut dengan jawabannya yang
seperti itu. Aku berpikir apakah
mungkin ia juga menyukai sesama
jenis? Tapi aku juga tidak berani
berbuat apa apa. Yang bisa kulakukan
adalah membuka topik mengenai gay
dan melihat reaksinya. “Topik yang
menarik.” Kataku. “Ya, sayang dah
bunyi bell nya.” Tanpa membuang
kesempatan, “Bagaimana kalau kamu
ada waktu kamu ke rumah bapak aja
biar bisa luangin waktu untuk
ngomongin mengenai topik itu dan
sejarah – sejarah lain?” Tak kusangka
ia menyutujuinya. Sabtu tiba, ia datang
dengan membawa mobilnya (maklum
dah kelas 3 sma dah mau tamat lagi.
Nyetir sungguh tidak dilarang). Tak
kusangka ia datang dengan tiba – tiba
sesaat aku baru selesai berolah raga.
Dengan kaos yang basah karena
keringat dan celana super pendek
tanpa celana dalam, ia mengejutkanku
sekaligus senang. “Pagi banget,
Michael. Bapak baru olah raga nih.
Belum apa – apa.” Jawabku sambil
melihat bulu – bulu kakinya yang
menggoda. Ia datang mengenaka
pakaian junkies dan celana Bermuda.
Rasanya saat itu ingin kupeluk dengan
erat dan kucium. “Masuk dulu deh.
Bapak mandi dulu ya. Just make
yourself comfortable. Itu diatas lemari
ada buku – buku mengenai topik yang
kita bahas waktu itu.” Aku sengaja
membuka pintu kamar dan kamar
mandiku sedikit agar ia bisa mengintip
(nakal ya?). Setelah selesai mandi, aku
keluar dengan mengenakan handuk
saja. Sengaja kubiarkan demikian
dengan harapan ia bisa terpancing.
Sesekali ia melirik lalu bertanya,
“Bapak enggak takut masuk angin ya?”
“Enggak lah. Enggak ada angin juga
kan disini. Gimana?Dah baca bukunya?”
Aku langsung mengganti topik. “Ya,
sedikit. Ternyata di kalangan kerajaan
juga banyak yang seperti itu ya?”
Jawabnya. “Jangankan di Eropa. Di
China aja, dulu kaisar juga banyak kan
yang seperti itu sama kasim –
kasimnya?” Jelas aku. Setelah cukup
lama, aku tidak tahan lagi melihat
Michael dengan keseksiannya. Aku lalu
mendekatinya. Sambil berbicara
mengenaitopik itu di sampingnya, aku
sesekali memegang pahanya. Ia tidak
menjauh ataupun merasa geli. Aku lalu
menatapnya dan ia berkata, “Pak,
kenapa lihat aku seperti itu?” “Michael,
bapak ingin jujur ama kamu. Tapi
kamu jangan marah atau tersinggung
ya. Bapak harap kamu mengerti
keadaan bapak. Sepertinya bapak suka
kamu.” Akhirnya kalimat ini keluar dari
mulutku juga. “Aku tahu kok, Pak. Dari
tadi bapak sepertinya ngeliatin aku
terus dan pegang – pegang paha aku.
Terima kasih sudah mau jujurnya.”
Jelasnya. Tak kusangka, selain ia
menjawabnya seperti demikian, ia lalu
mencium pipiku. Aku lalu membalas
ciumannya di bibir. “Michael, ini rahasia
kita aja ya?” “Iya, tenang aja, pak. Aku
juga enggak mau ada yang tahu kok.”
Aku langsung menciumnya ia kembali
sambil membawanya ke kamar
tidurku. Badan kami berdua jatuh di
atas tempat tidurku. Aku berdiri
sebentar sambil membuka handuk
yang kukenakan. Aku lalu memeluk
Michael kembali sambil kubuka satu
per satu baju dan celananya. Ia
mengenakan celana dalam yang ketat
ternyata. Aku lalu menciumi tubuhnya
yang halus itu dan mengigit pentilnya.
Begitu hendak kubuka celana
dalamnya, aku langsung menciumku
sambil memainkan kedua pentilku.
Perlahan lahan aku menurunkan celana
dalamnya yang berwarna hitam. Gleg,
itu adalah penis yang kudambakan
selama ini: panjang,tidak gemuk, dan
tidak disunat dengan kulup yang
sedikit panjang. “Wow, Michael, penis
kamu indah banget. Ini yang aku
suka.” Aku lalu membuka kulupnya
sedikit. Ia menggelinjang kenikmatan.
Tadinya kupikir dengan sensitifnya
seperti itu, kontolnya pasti jarang
dibersihkan tapi ternyata tidak. Begitu
kuoral, ternyata masih ada bau sabun
yang menempel. Aku terus memainkan
kulupnya karena saking gemesnya.
“Suka ya, pak?” “Jangan panggil bapak
ya. Panggil nama aja deh. Astaga,
Michael…kalau tahu dari dulu kalau
kontol kamu seperti ini, mungkin dari
dulu aku sudah mulai ambil action
duluan kali.” Aku melanjutkan
mengoralnya kembali. Setelah sekian
lama, aku mencium bibirnya sambil
mengocok kontolnya. Michael juga
mengocok kontolku yang sudah
disunat dengan precumnya. “Ahh, Mich,
enak banget kocokan kamu. Enggak
nyangka kamu pinter gini.” Ia hanya
tersenyum sambil menciumku. Tak
lama, ia duduk diatasku dengan
inisiatifnya sendiri. Ia menggengam
kontolnya dan kontolku dan
mengocoknya bersamaan. Aku
memainkan pentilnya sesekali yang
berwarna merah keunguan. Aku lalu
mengenggam kontolnya dan menarik
kulupnya hingga keatas. Terlintaslah
suatu ide dalam pikiranku. Kubisikan
Michael. “Michael, pakai kulup kamu
dan bungkusin kepala kontol aku
dong.” Michael menuruti permintaanku.
Setelah berusaha berulang kali
sepertinya agak susah dan ia sedikit
kesakitan. Akhirnya aku hanya
mengocoknya saja. Tak lama ia terlihat
ingin mencapai puncaknya. “Chard,
(nama aku Richard) aku mau keluar
nih.” Walau tadi kesusahan, ia
berusaha lagi untuk ‘menyenangiku’. Ia
mendempetkan kepala kontolnya
dengan punyaku lalu mengocoknya
sambil menarik kulupnya hingga
membungkus kepala kontolku. Walau
tidak sepenuhnya, akhirnya bisa sedikit
dan disitulah kulihat cairan putih yang
kental keluar dari kulupnya yang
setengah membungkus kontolku. Tak
lama ia menciumku lalu mengocok
kontolku dengan cairannya yang masih
hangat. “Chard, oh yeah…keluarin ya…
ayo…” Aku pun memuncratkan pejuku
dan mengenai dadanya sedikit. Kami
berbaring kelelahan. Kami tidak
berkomitmen tapi menjadi teman yang
sangat baik. Sayangnya, setelah
kelulusan sma, ia melanjutkan
kuliahnya di Amerika. Walau kita
berpisah, tapi kita masih terus
berhubungan lewat email. Setiap kali ia
pulang ke Jakarta, ia pasti sesekali
menginap di tempatku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,